Senin, 08 Desember 2014

CERPEN “BOLA” KARYA PUTU WIJAYA
KALIMAT TIDAK BERMARKAH DAN BERMARKAH
DALAM BAHASA INDONESIA

Oleh : Luh Yesi Candrika,S.S.

A.    Pendahuluan

1.       Latar Belakang
Setiap orang memiliki cara dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Termasuk seorang pengarang yang menulis suatu karya sesuai dengan pengetahuannya dalam penggunaan bahasa. Bahasa sebagai objek dari sastra, sekaligus menempatkan bahasa sebagai sebuah sistem tanda yang tidak dapat dilewatkan begitu saja dalam bidang sastra. Penguasaan Bidang sastra adalah tahap kedua atau lapis kedua setelah penguasaan bidang bahasa (linguistik) sebagai dasar. Maka, satuan bahasa (frasa, kata, klausa, maupun kalimat) yang dirangkai penulis dalam karangannya menjadi perhatian yang pertama sebelum melangkah pada tujuan untuk memeroleh makna karya.
Kebebasan dalam berekspresi adalah hak seorang pengarang dalam menyampaikan kreatifitasnya. Kreatfitas dalam penulisan karya, sangat terkait dengan perhatian pengarang dalam menggunakan bahasa dan penguasaan akan ke tata bahasaan. Atau dapat pula sebaliknya, yaitu terkadang pengarang tidak terlalu memperhatikan mengenai persoalan ketatabahasaan. Fokus pengarang adalah penyampaian ide, yang selanjutnya merupakan persoalannya merupakan penerimaan karya tersebut oleh seorang pembaca. ). Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Setiap kata termasuk kelas kata atau kategori kata, dan mempunyai fungsi dalam kalimat. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan.
Perhatian menganai proses kepengarangan mengenai penggunaan bahasa, maupun ketatabahasaannya terletak pada pola pembentukan kalimat sebagai rangkaian pembangun dari sebuah teks. Teks merupakan rekaman penggunaan bahasa oleh seorang pengarang dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Recour, menyatakan bahwa teks adalah wacana (berarti lisan) yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Inilah hakekat hubungan anatara tulisan dengan teks (Pudentia, 1998 : 68). Sisi Humaniora sebuah teks sangat kuat, yakni bersifat subyektif. Sejauh ini pengkajian sastra yang mampu menyampaikan kebenaran-kebenaran melalui bantuan analisis bahasa dalam bentuk kata, frasa, maupun kalimat sangatlah kurang. Sejatinya, batasan-batasan dalam pengkajian sastra melalui pemaparan ciri-ciri linguistik mengarahkan hasil penelitian sastra yang lebih objektif.
Variasi pola kalimat menghiasi sebuah karya, yang dalam hal ini utamanya adalah sastra naratif dalam bentuk cerpen. Cerpen “Bola” adalah salah satu karya sastra yang dijadikan objek guna mengamati penggunaan variasi pola kalimat tersebut. Cerpen “Bola” karangan dari Putu Wijaya menampilkan struktur naratif yang kuat sebagai unsure pembangunnya. Di sisi lain, karya-karya Putu Wijaya yang berupa cerpen juga memiliki ciri khas dari pengerang lainnya. Penggunaan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele, menjadi karakteristik seorang Putu Wijaya. Dalam hal ini, pengamatan akan cerpen “Bola” dari segi ke tata bahasaannya, penggunaan dialog cukup banyak secara kuantitasnya. Dialog-dialog ini menguatkan struktur naratif dari sebuah cerpen. Dari dialog-dialog yang membangun cerpen tersebut, menunjukkan adanya pola kalimat yang digunakan oleh seorang Putu Wijaya. Dengan demikian, maka pengkajian mengenai struktur kalimat tidak bermarkah dan kalimat bermarkah, serta presentase penggunaannya pada teks cerpen “Bola” sangat penting untuk dilakukan.

2.      Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diformulasikan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
1.      Bagaimanakah struktur kalimat tidak bermarkah dan kalimat bermarkah dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola”?
2.      Berapakah frekuensi dari penggunaan kalimat tidak bermarkah dan kalimat bermarkah dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola”?

3.       Konsep : Kalimat Tidak Bermarkah dan Bermarkah
Suatu keutuhan wacana dibangun oleh kalimat-kalimat yang menjadi satu kesatuan makna karya. Dalam hal ini, kalimat-kalimat yang disajikan pengarang dalam mengungkapkan idiologinya diwakilkan oleh kalimat-kalimat. Jenis kalimat yang dibahas pada kajian ini mengenai kalimat tidak bermarkah dan bermarkah dalam bahasa Indonesia. Yang mengacu pada tata bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, yakni pada dasarnya, kalimat dibedakan berdasarkan (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya (1998 :337). Maka, dalam pengkajian ini lebih menonjolkan penelitian dalam bentuk sintaksisnya, guna mengungkapkan penggunaan kalimat tidak bermarkah dan kalimat bermakah pada teks cerpen “Bola”.
Kalimat tidak bermarkah dan bermarkah memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan sebuah kalimat. Hal ini dikarenakan, kalimat tidak bermarkah dengan kalimat bermarkah memiliki struktur berbeda. Kalimat tidak bermarkah merupakan suatu kalimat deklaratif positif, yang secara sintaksis adalah suatu kalimat yang subjeknya selalu hadir dan biasanya posisinya mendahului kata kerja (Quirck, 1985:803). Tipe kalimat tidak bermarkah dalam bahasa Indonesia yang dimaksudkan dalam kajian ini, yakni cenderung mengikuti struktur atau pola kalimat dasar. Kalimat dasar adalah kalimat yang (i) terdiri atas satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
Kalimat bermarkah merupakan kalimat deklaratif negatif dengan pola fungsi dan struktur tertentu. Adapun pola yang dimaksudkan dalam kalimat ini, yaitu di luar pola dari kalimat tidak bermarkah.  Pada tipe kalimat bermarkah yang dimaksudkan dalam kajian ini menggunakan struktur atau pola kalimat berdasarkan pada bentuk dan kategori sintaksisnya, yaitu (i) berbentuk kalimat deklaratif negatif atau berita, (ii) kalimat imperatif atau kalimat perintah, (iii) kalimat interrogatif atau kalimat tanya, dan (iv) kalimat eksklamatif atau kalimat seruan.
           
4.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan struktur kalimat tidak bermarkah dan kalimat bermakah dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola”. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengungkapkan frekuensi penggunaan kedua kalimat tersebut, dalam rangka menentukan kebermaknaan secara discourse dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola”.



B.     Metodologi Penelitian

Teori yang digunakan dalam pengkajian ini adalah teori Sintaksis struktural, yakni mengenai struktur sintaksis, yang mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis (Chaer, 2007:206). Hal ini dilakukan, guna memudahkan mengkaji struktur kalimat tidak bermarkah dan kalimat bermarkah. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan berupa kata-kata. Pendekatan ini menguraikan dan mendeskripsikan tipe dari kalimat tidak bermarkah dan bermarkah. Dengan menggunakan sumber data yang diperoleh dari teks cerpen “Bola” karangan bapak I Gusti Ngurah Putu Wijaya yang diterbitkan di Koran Kompas, pada Tahun 2010. Yang menggunakan bahasa Indonesia. Untuk menganalisis struktur kalimat bermarkah dengan kalimat tidak bermarkah, maka pada tahap pengumpulan data digunakan metode simak dan teknik catat. Selanjutnya tahap analisis data, digunakan metode deskritip analitik, kemudian pada tahap penyajian hasil analisis data, digunakan metode informal yang perumusannya dengan menggunakan kata-kata biasa, serta menggunakan metode formal dengan menggunakan angka-angka yang terkait dengan presentase sebagai tolak ukur frekuensi penggunaan kalimat tidak bermarkah dan bermarkah dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola”.

C.    Analisis

1.      Struktur Kalimat Tidak Bermarkah dan Bermarkah

1.1 Struktur Kalimat Tidak Bermarkah
Kalimat tidak bermarkah merupakan kalimat deklaratif yang mengandung pernyataan positif dengan berpola subjek dan diikuti oleh predikat. Pada pengkajian terhadapt teks cerpen “Bola”, ditemukan pola struktur kalimat tidak bermarkah dalam lima tipe, yaitu (1) SV, (2) SVO, (3) SVA, (4) SVC, dan (5) SVOA.




1.1.1        Tipe SV

Tipe SV adalah tipe yang paling sederhana. Pada teks cerpen “Bola”,  subjek dalam tipe ini berupa frasa nomina (FN), selanjutnya setelah subjek diisi oleh kata kerja yang objeknya tidak hadir (kalimat tak taransitif yang tak berpelengkap). Dalam pengkajian kalimat tidak bermarkah pada tipe ini, kalimatnya hanya terdiri dari dua unsur, yaitu subjek dan predikat.
Contohnya :
Aku kecewa. (SV1)
              S        V

Aku tak bisa mengelak. (SV7)
                 S                 V

Anak-anak itu tersenyum. (SV11)
                        S             V


1.1.2        Tipe SVO

Tipe SVO pada teks cerpen “Bola”,  dilihat dari verbanya, kalimat-kalimat pada tipe ini dapat dipasifkan. Tipe SVO, merupakan kalimat paling umum, yang biasanya dikenal sebagai pola struktur kalimat bahasa Indonesia. Istilah lain yang digunakan untuk struktur kalimat ini adalah SPO (Subjek, Predikat, dan Objek). Subjeknya merupakan frasa nomina (FN), kemudian diikuti dengan kata kerja yang objeknya hadir (kalimat Taktransitif yang Berpelengkap Wajib). Kemudian setelah itu kehadiran objeknya berupa frasa Nomina (FN).
Contohnya :
Anak-anak itu lebih suka hadiahnya. (SVO1)
                 S                             V          O

Mereka hanya pakai kaki. (SVO2)
                S                    V       O

 Aku menghela napas. (SVO4)
               S               V        O

1.1.3        Tipe SVA

Tipe SVA pada kalimat bahasa Indonesia yang terdapat dalam cerpen “Bola”, yakni subjeknya berupa frasa Nomina (FN), kemudian diikuti oleh kata kerja yang tidak diikuti objek (kalimat Semitransitif). Kemudiaan kata kerja tersebut diikuti dengan frasa adjektiva (FA).
Contohnya :
 Istriku ketawa cekakakan. (SVA1)
S          V           A

Aku mengangguk lemah. (SVA2)
              S                 V                           A
Mereka pandang-pandangan satu sama lain. (SVA3)
                S          V                           A


1.1.4        Tipe SVC

Pada tipe kalimat ini, hamper mirip dengan tipe SVA. Diawali dengan subjeknya sebagai frasa Nomina (FN), kemudian diikuti dengan kata kerja yang objeknya dapat hadir dan juga tidak dapat hadir (kalimat Taktransitif yang Berpelengkap Manasuka). Kemudian diikuti oleh pelengkap (Complemen).

Contohnya :
 Pak Haji yang punya tanah juga sudah menawarkan sendiri.  (SVC1)         
                S                                                                   V              C          

Aku hanya menjawab dengan senyum. (SVC2)
                S                    V                       C




1.1.5        Tipe SVOA

Pada tipe ini, merupakan kalimat tidak bermarkah yang juga umum sering digunakan dalam penulisan baku pada bahasa Indonesia dengan istilah (SPOK), yakni Subjek, Predikat, dan Objek. Struktur kalimat ini, dalam teks cerpen “Bola”, yaitu diawali dari subjek yang berupa frasa Nomina (FN), kemudian kata kerjanya menghadirkan objek (kalimat ekatransitif). Setelah itu diikuti dengan objek yang berupa frasa Nomina (FN) dan diikuti oleh kata keterangan yang berupa frasa Adverbial (FA).
Contohnya :
Ami yang sedang baca buku menoleh. (SVA2)
              S                          V        O       A

Mereka main bola lagi di jalanan. (SVA3)
                S              V       O               A        
Kakek sudah seneng, Spanyol menang. (SVA4)
                 S                V            O         A



1.2      Struktur Kalimat Bermarkah

Pada uraian di atas, sudah sangat jelas, bahwa kalimat tidak bermarkah merupakan kalimat deklaratif positif dengan tipe struktur tersebut di atas. Berdasarkan hal tersebut, maka kalimat bermarkah merupakan kalimat di luar dari kalimat deklaratif positif, yaitu kalimat deklaratif negatif, kalimat Imperatif, kalimat Interogatif, dan kalimat Eksklamatif yang tidak membentuk struktur tipe di atas.

1.2.2        Kalimat Deklaratif Negatif
Kalimat deklaratif (berita) dalam bahasa Indonesia pada teks cerpen “Bola”, yaitu berbentuk kalimat inversi dengan fungsinya komunikatif. Yang dari segi bentuk penulisannya diakhiridengan tanda titik. Namun, pada kalimat deklaratif negatif ini, selain polanya yan tidak mengikuti pola pada deklaratif positif, tetapi juga ada penambahan kata ‘tidak’.


Contohnya :
(1). Olahraga itu disebut sport. (KD1  )
(2). Nah, ternyata dengan menonton sepak bola, kita tidak hanya menghibur diri, tetapi belajar meneguhkan mental. (KD2)   

1.2.3        Kalimat Imperatif (Perintah)
Kalimat Imperatif (perintah) dalam bahasa Indonesia pada teks cerpen “Bola”, yaitu berbentuk kalimat perintah, sruhan, harapan, larangan, bahkan ajakan. Dari segi penulisannya, terdapat partikel penegas. Susunan inverse sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat subjeknya, yang terkadang hadir jika diperlukan. Struktur kalimatnya terdiri dari predikat verbal dasar , adjektiva, atau frasa preposisional yang sifatnya taktransitif. Selain itu, juga dimarkahi oleh berbagai kata tugas modalitas kalimat.
Contohnya :
(1). Ya kalau mau supaya kami main di lapangan, bikinkan lapangan dong!” (KI1   )
       (Imperatif Transitif)
(2). Ngawur! Lihat Spanyol!” (KI2   )
       (Imperatif Taktransitif)
(3). Jalan kan untuk motor, bukan buat main bola!” (KI9)
           (Imperatif larangan)

1.2.4        Kalimat Interogatif  (Tanya)
Pada kalimat Interogatif dalam bahasa Indonesia pda cerpen “Bola”, yaitu terdapat kehadiran kata apa, siapa, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Yang diakhiri dengan tanda Tanya (?) dan memerlukan jawaban dari lawan bicaranya.
Contohnya :
(1). “Maksudnya?” (Ki3 )
(2).  Bagaimana bisa hebat kalau tidak pakai otak? (Ki4 )
(3). “Siapa mereka?” (Ki5 )
(4). “Lho, sejak kapan Bapak bergaul sama anak-anak itu? (Ki6)


1.2.5        Kalimat Eksklamatif (Seruan)
Pada kalimat Eksklmatif dalam bahasa Indonesia pda cerpen “Bola”, yaitu digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran. Dengan tidak menonjolkan subjeknya, namun predikatnya adjektival. Selain itu, dari segi penulisannya diakhiri dengan tanda seru (!).
Contohnya :
(1). “Anak-anak kampung yang suka main bola di jalanan itu!” (KE5)
(2).  Dulu marah-marah sama mereka, sekarang malah bergaul. Aneh!” (KE6)
(3). Ya, karena kita mendapat pelajaran! (KE7)


2.      Frekuensi Penggunaan Kalimat Tidak Bermarkah dan Bermarkah dalam Bentuk Presentase.

2.1      Frekuensi Kalimat Tidak Bermarkah
Jumlah keseluruhan kalimat yang Tidak Bermarkah dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola” sejumlah 33 kalimat. Maka presentasenye sebagai berikut :

Tipe SV         : 16 Kalimat = 16   x 100 = 48,48 %
                                              33
Tipe SVO      : 5 Kalimat =    5   x 100 = 15,15 %
                                              33
Tipe SVA      : 5 Kalimat =   5   x 100 = 15,15 %
                                              33
Tipe SVC      : 2 Kalimat =   2   x 100 = 6,06%
                                              33
Tipe SVOA   : 5 Kalimat =   5  x 100 = 15,15%
                                              33
Keterangan :
Berdasarkan pada hasil presentase kalimat Tidak Bermarkah pada kalimat di atas menyatakan, bahwa kalimat dengan tipe SV yang paling banyak digunakan diantara Tipe Kalimat Bermarkah lainnya, yaitu 48,48 % dengan total kalimat sebanyak 16 buah kalimat.
2.2      Frekuensi Kalimat Bermarkah.
Jumlah keseluruhan kalimat yang Bermarkah dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola” sejumlah 104 kalimat. Maka presentasenya, sebagai berikut :

Deklaratif      : 2 Kalimat      = 16   x 100 = 15,38 %
                                                  104
Imperatif       : 25 Kalimat    =  25   x 100 = 24,03 %
                                                 104
Interogatif     : 39 Kalimat    = 39   x 100 = 37,5 %
                                                 104
Eksklamatif   : 38 Kalimat    = 38   x 100 = 36,53%
                                                 104
Keterangan :
Berdasarkan pada hasil presentase tasKalimat Bermarkah pada kalimat di atas menyatakan, bahwa kalimat Interogatif paling banyak digunakan dengan presentase yang paling tinggi, yaitu 37, 5%, dengan total kalimat yang digunakan sebanyak 39 kalimat. Hal ini menunjukkan, bahwa kuantitas dialog dalam cerpen “Bola” yang menggunakan kalimat interogatif sangat dominan yang biasanya dialog tersebut terdapat dalam teks drama.

            Berdasarkan pada seluruh jumlah penggunaan kalimat Tidak Bermarkah maupun kalimat Bermarkah menunjukkan, bahwa kalimat Bermarkah lebih banyak digunakan oleh pengarang. Hal ini menunjukkan frekuesnsi bermarkah lebih banyak ditemukan, maka secara sintaksis frekuesnsinya tinggi, namun kebermaknaan secara discourse atau teks menjadi rendah (umum). Karena Frekuensi tidak cukup memberi kebermaknaan.





D.    Penutup

Kalimat tidak bermarkah dan bermarkah memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan sebuah kalimat dengan struktur berbeda. Kalimat tidak bermarkah dalam bahasa Indonesia pada cerpen “Bola”, merupakan suatu kalimat deklaratif positif, yang memiliki tipe SV, SVO, SVA, SVC, dan SVOA. Pada kalimat tidak bermarkah terdiri dari struktur kalimat Deklaratif negatif, Interogatif, Imperatif, dan Eksklamatif.
Berdasarkan pada frekuensi penggunaannya menyetakan, bahwa kalimat Bermarkah Interogatif paling banyak digunakan, yaitu 39 kalimat dari jumalah total kalimat Bermarkah pada teks tersebut, yaitu 104 kalimat. Dengan demikian, kebermarkahan lebih banyak ditemukan dan frekuensinya secara sintaksis menjadi tinggi. Namun, kebermaknaan secara discourse menjadi rendah.























DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Drs. A. Chaedar. 1987. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa.
Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku : Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Halliday, M.A.K. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks : Aspek-Aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Pudentia, MPSS, 1998. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sumarjo, Jakob.,Saini, KM. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Swandana, I Wayan. 2011. Kalimat Bermarkah dalam Bahasa Indonesia pada Cerpen Desecretion. Tesis, Universitas Udayana, Denpasar.
Quirck, Randolph and Sidney greenbaum. 1995. A University Grammar of English. Hong Kong : Longman Ltd.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar